Jakarta, 7 Oktober 2024 — Tawuran antar pemuda kembali menjadi sorotan di ibu kota Jakarta. Fenomena ini sudah lama menjadi permasalahan yang sulit diatasi, terutama di kalangan pemuda yang terjebak dalam lingkaran kekerasan dan konflik kelompok. Menanggapi hal ini, Ridwan Kamil (RK), Menteri Dalam Negeri yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, mengusulkan solusi konkret yang dianggap efektif untuk meredam tawuran. RK menekankan pentingnya keterlibatan aktif pemuda dalam kegiatan produktif sehingga mereka teralihkan dari kekerasan.
Pemuda Harus Dibuat Sibuk
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media, RK mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama maraknya tawuran adalah kurangnya kegiatan positif yang bisa mengisi waktu luang para pemuda. “Pemuda harus dibuat sibuk, agar tidak ada ruang untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna, seperti tawuran,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa jika para pemuda terlibat dalam kegiatan yang lebih produktif, mereka akan lebih fokus pada pengembangan diri dan jauh dari pengaruh negatif yang sering memicu kekerasan.
RK menyebutkan bahwa pemerintah perlu bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan, organisasi pemuda, dan komunitas untuk menciptakan kegiatan yang relevan dan menarik bagi para remaja. Kegiatan tersebut bisa berupa program pelatihan keterampilan, lomba kreativitas, atau bahkan pekerjaan paruh waktu yang bisa menjadi pintu gerbang bagi para pemuda untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Program Positif di Wilayah-Wilayah Rawan Tawuran
Sebagai langkah awal, RK mengusulkan agar wilayah-wilayah yang sering menjadi pusat tawuran mendapatkan perhatian khusus. Pemerintah daerah perlu merangkul komunitas lokal dan sekolah-sekolah untuk mengidentifikasi potensi yang ada di kalangan pemuda. Dengan cara ini, program-program yang dirancang akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.
“Saat ini, Jakarta memiliki banyak ruang publik dan fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif. Taman, lapangan olahraga, hingga perpustakaan umum bisa menjadi tempat untuk mengadakan acara yang melibatkan pemuda,” kata RK. Ia menegaskan bahwa pendekatan preventif jauh lebih efektif daripada tindakan represif.
Menurut RK, selain mengurangi tawuran, program ini juga akan membantu mengurangi angka pengangguran di kalangan pemuda. “Mereka bisa dilibatkan dalam kegiatan wirausaha, proyek-proyek lingkungan, atau kegiatan sosial lainnya yang bermanfaat. Dengan demikian, mereka tidak hanya sibuk, tetapi juga bisa merasa lebih berdaya dan dihargai di tengah masyarakat,” tambahnya.
Tawuran Bukan Sekedar Masalah Kekerasan
RK juga mengingatkan bahwa tawuran bukan sekadar masalah kekerasan fisik, tetapi juga mencerminkan masalah sosial yang lebih mendalam. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seorang pemuda memilih jalan kekerasan, mulai dari tekanan lingkungan, pergaulan, hingga masalah ekonomi.
“Oleh karena itu, solusi yang kita tawarkan harus holistik. Tidak bisa hanya dengan menangkap pelaku tawuran dan mengandalkan aparat hukum. Pendekatan yang lebih manusiawi, yang melibatkan pendidikan, pemberdayaan ekonomi, serta penguatan mental dan spiritual, perlu dilakukan,” ungkap RK.
Sebagai mantan Gubernur Jawa Barat, RK telah memiliki pengalaman dalam menerapkan berbagai program yang melibatkan pemuda. Di Jawa Barat, ia sukses menjalankan program seperti “Jabar Juara”, yang fokus pada pengembangan keterampilan dan kepemimpinan pemuda. Program serupa, menurutnya, dapat diadopsi di Jakarta dengan beberapa penyesuaian.
Kolaborasi Antar Lembaga dan Sektor Swasta
Tidak hanya bergantung pada pemerintah, RK juga mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan lembaga non-pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja serta peluang bagi para pemuda. Banyak perusahaan yang bisa memberikan kontribusi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), terutama yang fokus pada pemberdayaan pemuda.
“Bayangkan jika setiap perusahaan besar di Jakarta memiliki program magang atau pelatihan untuk pemuda. Mereka tidak hanya mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga pengalaman nyata yang bisa berguna untuk masa depan mereka,” jelasnya.
RK yakin bahwa dengan keterlibatan semua pihak, tawuran di Jakarta bisa ditekan secara signifikan. Ia menekankan bahwa peran media juga penting dalam mempromosikan kegiatan positif dan mengubah persepsi masyarakat tentang pemuda. “Media harus menjadi agen perubahan, memberikan platform untuk menonjolkan kisah-kisah sukses pemuda yang berprestasi, bukan hanya fokus pada berita negatif,” ujarnya.
Pentingnya Pengawasan dan Penegakan Hukum
Meski fokus pada pencegahan, RK juga menegaskan pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku tawuran. Menurutnya, hukum tetap harus berjalan sebagai upaya memberikan efek jera. Namun, ia menekankan bahwa pendekatan represif ini harus dilakukan dengan bijak, terutama terhadap anak-anak di bawah umur yang terlibat tawuran.
“Tidak semua yang terlibat tawuran harus dipenjara. Kita harus melihat dari sudut pandang pendidikan. Banyak dari mereka yang masih bisa dibina dan diarahkan ke jalan yang benar,” kata RK.
Harapan ke Depan
Sebagai penutup, RK mengungkapkan harapannya bahwa Jakarta bisa menjadi kota yang lebih aman dan ramah bagi pemuda. Ia mengajak semua pihak, termasuk orang tua, guru, dan masyarakat, untuk lebih peduli terhadap perkembangan generasi muda.
“Jika kita semua bersatu, memberikan perhatian yang lebih kepada pemuda, saya yakin tawuran bisa ditekan dan Jakarta bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia,” pungkas RK.