Pemalang, Jawa Tengah – Gunung Slamet kembali menjadi sorotan setelah insiden hilangnya seorang pendaki bernama Vio (23) selama tiga hari. Vio, yang mendaki bersama kelompoknya, terpisah dari rekan-rekannya dan dilaporkan hilang di kawasan hutan gunung tertinggi di Jawa Tengah tersebut. Dalam peristiwa yang dramatis ini, Vio mengaku sempat mengikuti arah burung yang ia lihat di puncak kebingungan.
Kronologi Hilangnya Vio
Insiden ini terjadi pada awal Oktober 2024 ketika Vio dan kelompok pendaki lainnya memulai pendakian di Gunung Slamet. Kelompok tersebut berjumlah lima orang dan semuanya merupakan pendaki yang cukup berpengalaman. Mereka memulai perjalanan dari jalur pendakian Bambangan, salah satu jalur resmi yang sering digunakan para pendaki.
Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di ketinggian sekitar 2.800 meter di atas permukaan laut, Vio mulai mengalami kelelahan. Menurut rekan-rekannya, ia terlihat mulai tertinggal dari rombongan dan memilih untuk beristirahat sejenak. “Kami terus berkomunikasi dengan Vio, dan saat itu dia bilang akan menyusul setelah istirahat. Namun setelah itu, komunikasi terputus,” ujar salah satu rekannya.
Sempat Mengikuti Arah Burung
Setelah tidak berhasil menemukan Vio, kelompok tersebut memutuskan untuk turun dan melapor kepada petugas Pos Pendakian Bambangan. Operasi pencarian pun segera dilakukan oleh Tim SAR Gabungan yang terdiri dari Basarnas, relawan, dan masyarakat setempat. Pencarian dilakukan secara intensif, baik di jalur resmi maupun di jalur-jalur alternatif yang sering digunakan oleh pendaki.
Yang menarik, saat berhasil ditemukan tiga hari kemudian, Vio menceritakan bahwa di tengah kepanikannya, ia sempat memutuskan untuk mengikuti arah burung yang ia lihat terbang di atasnya. “Saya tidak tahu harus ke mana, saya panik. Saat itu saya melihat burung, dan entah kenapa saya berpikir mengikuti arah burung itu akan membawa saya keluar dari hutan,” ujar Vio dalam kondisi masih lelah setelah diselamatkan.
Namun, langkah itu justru membawanya semakin jauh dari jalur pendakian. Vio mengaku berjalan tanpa arah pasti selama dua hari, hanya mengandalkan insting dan sedikit perbekalan yang tersisa. Ia juga sempat meminum air dari aliran sungai kecil untuk bertahan hidup.
Operasi Pencarian yang Menantang
Komandan Tim SAR, Budi Santoso, menjelaskan bahwa pencarian kali ini termasuk sulit karena medan di Gunung Slamet yang terkenal terjal dan lebat. “Gunung Slamet ini punya karakter hutan yang rapat, dan kabut tebal sering muncul, apalagi di ketinggian. Kondisi ini membuat pencarian semakin menantang,” jelas Budi.
Tim pencari juga menggunakan teknologi drone untuk memantau wilayah yang sulit dijangkau, namun tidak berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan Vio hingga hari ketiga. Hingga akhirnya, seorang anggota tim relawan mendengar suara samar yang diyakini sebagai panggilan minta tolong di sebuah lembah. Setelah mendekat, mereka menemukan Vio dalam kondisi lemas namun selamat.
“Syukur alhamdulillah, Vio bisa ditemukan dalam kondisi hidup, meskipun sangat lemah. Ini jadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dan disiplin saat mendaki, terutama dalam menjaga komunikasi dan tidak memisahkan diri dari rombongan,” tambah Budi.
Pelajaran dari Insiden Ini
Insiden hilangnya Vio menjadi pengingat bagi para pendaki untuk lebih waspada dan mematuhi aturan yang ada saat mendaki gunung, terutama di gunung yang memiliki medan sulit seperti Gunung Slamet. Menurut catatan dari Pos Pendakian Bambangan, ini bukan kali pertama ada pendaki yang tersesat atau hilang di Gunung Slamet. Pada tahun-tahun sebelumnya, beberapa pendaki juga dilaporkan hilang dan membutuhkan operasi pencarian besar-besaran.
Ahli lingkungan dan pendaki berpengalaman, Arif Wibowo, menekankan pentingnya kesiapan fisik dan mental sebelum mendaki, terutama di gunung yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. “Pendakian bukan hanya soal fisik, tapi juga mental. Kita harus siap menghadapi berbagai situasi, termasuk tersesat atau menghadapi kondisi cuaca ekstrem,” ujar Arif.
Selain itu, Arif juga menyarankan agar setiap pendaki selalu membawa peralatan dasar untuk bertahan hidup jika tersesat, seperti kompas, peta, senter, dan perbekalan yang cukup. “Teknologi memang membantu, seperti GPS dan ponsel, tapi jangan sepenuhnya bergantung pada itu. Sinyal di gunung sering kali tidak ada, jadi kita harus siap dengan cara manual.”
Penutupan Jalur Pendakian Sementara
Setelah insiden ini, pihak pengelola jalur pendakian Gunung Slamet memutuskan untuk menutup sementara jalur pendakian untuk evaluasi dan perbaikan. Penutupan ini dilakukan untuk memastikan keselamatan para pendaki dan melakukan pengecekan ulang pada rambu-rambu dan fasilitas di sepanjang jalur pendakian.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Hartono, menyebutkan bahwa penutupan ini bersifat sementara dan akan dibuka kembali setelah evaluasi selesai. “Kami ingin memastikan jalur aman sebelum dibuka kembali untuk umum. Ini penting agar kejadian serupa tidak terulang,” ujar Hartono.
Insiden hilangnya Vio di Gunung Slamet menjadi peringatan penting bagi seluruh pendaki untuk lebih memperhatikan keselamatan dan mematuhi aturan yang ada. Meskipun Vio berhasil diselamatkan, kejadian ini menunjukkan betapa berbahayanya alam liar jika tidak dihadapi dengan persiapan yang matang. Semoga dengan adanya evaluasi dan penutupan sementara jalur pendakian, kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.