Beirut, Lebanon (27 September 2024) — Tensi di Timur Tengah kembali memanas setelah serangan udara Israel menghantam salah satu markas Hizbullah di wilayah selatan Beirut, Lebanon. Serangan yang terjadi pada dini hari ini dikonfirmasi oleh pihak militer Israel sebagai “langkah defensif” terhadap aktivitas militer Hizbullah yang semakin meningkat di perbatasan Israel-Lebanon. Sementara itu, Hizbullah menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan tindakan agresi yang melanggar kedaulatan Lebanon dan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Latar Belakang Konflik Israel-Hizbullah
Konflik antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan puncaknya terjadi pada perang Lebanon tahun 2006. Sejak itu, kedua belah pihak sering terlibat dalam pertempuran sporadis, meskipun intensitas konflik relatif mereda selama beberapa tahun terakhir. Namun, ketegangan kembali meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah adanya laporan bahwa Hizbullah meningkatkan persenjataannya dan memperkuat posisinya di wilayah perbatasan.
Pihak Israel menuduh Hizbullah, yang didukung oleh Iran, berusaha mempersiapkan serangan ke wilayah Israel melalui serangan roket dan infiltrasi. Hizbullah, di sisi lain, menuding Israel sebagai agresor yang terus melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon melalui serangan udara dan pelanggaran wilayah udara.
Serangan Udara Israel
Menurut sumber-sumber militer Israel, serangan udara ini ditargetkan secara spesifik pada fasilitas militer Hizbullah yang diyakini digunakan untuk menyimpan persenjataan berat dan sistem rudal. Serangan ini berlangsung di wilayah Dahiyeh, sebuah distrik di selatan Beirut yang dikenal sebagai basis kuat Hizbullah. Israel menyatakan bahwa operasi ini dilakukan untuk mencegah ancaman langsung terhadap keamanan nasional Israel.
“Kami tidak akan membiarkan Hizbullah mengembangkan kekuatan militernya hingga mampu menyerang Israel secara langsung,” ujar juru bicara militer Israel dalam konferensi pers di Tel Aviv. “Serangan ini merupakan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi warga Israel.”
Reaksi Hizbullah dan Pemerintah Lebanon
Di pihak Hizbullah, pemimpin organisasi militan tersebut, Hassan Nasrallah, memberikan pernyataan yang keras beberapa jam setelah serangan terjadi. Dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi lokal, Nasrallah menyebut serangan Israel sebagai “tindakan perang” yang tidak akan dibiarkan tanpa balasan. “Israel akan menanggung konsekuensi dari agresinya. Kami akan merespons pada waktu dan tempat yang tepat,” tegas Nasrallah.
Pemerintah Lebanon, yang dipimpin oleh Presiden Michel Aoun, juga mengutuk serangan tersebut. Dalam pernyataannya, Aoun menyatakan bahwa tindakan Israel merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon dan hukum internasional. Pemerintah Lebanon berencana untuk membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang, dengan harapan mendapatkan sanksi internasional terhadap Israel.
“Kami mengecam keras serangan ini dan mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel,” kata Aoun dalam sebuah pernyataan resmi.
Dampak Serangan terhadap Situasi Regional
Serangan ini diperkirakan akan semakin memperburuk situasi di Timur Tengah, terutama mengingat ketegangan yang sudah tinggi antara Israel dan Iran. Hizbullah, yang didukung oleh Teheran, sering dianggap sebagai kepanjangan tangan Iran di Lebanon dan wilayah sekitarnya. Serangan ini dapat memicu eskalasi yang lebih luas antara kedua negara, mengingat posisi strategis Lebanon sebagai wilayah penyangga antara Israel dan Suriah, di mana pasukan Iran juga beroperasi.
Banyak pengamat politik dan militer menyatakan kekhawatiran bahwa serangan ini dapat memicu pertempuran skala besar yang melibatkan tidak hanya Israel dan Hizbullah, tetapi juga aktor regional lainnya seperti Iran dan Suriah. “Situasi ini sangat volatile, dan setiap kesalahan perhitungan bisa memicu konflik yang jauh lebih besar,” kata seorang analis dari Lembaga Kajian Timur Tengah di London.
Tanggapan Komunitas Internasional
Reaksi dari komunitas internasional atas serangan ini beragam. Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel, mendukung tindakan militer Israel, menyebutnya sebagai “hak negara untuk membela diri.” Namun, sejumlah negara Eropa dan Timur Tengah, termasuk Prancis dan Turki, mengecam serangan tersebut sebagai tindakan yang bisa memperburuk situasi keamanan di kawasan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui juru bicaranya menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan menghentikan tindakan yang bisa memicu eskalasi lebih lanjut. “Kami sangat khawatir dengan perkembangan terakhir ini. Kami mendesak Israel dan Hizbullah untuk menahan diri dan mencari penyelesaian melalui dialog, bukan kekerasan,” ujar juru bicara PBB di New York.
Dengan serangan udara ini, Israel dan Hizbullah kembali berada di ambang konfrontasi langsung, mengancam stabilitas di wilayah yang sudah rentan. Meskipun Israel menyatakan bahwa serangan ini merupakan langkah defensif, dampaknya terhadap situasi geopolitik Timur Tengah tak bisa diabaikan. Banyak pihak kini menanti bagaimana reaksi lebih lanjut dari Hizbullah dan Iran, serta apakah komunitas internasional akan mampu meredakan ketegangan sebelum konflik ini berubah menjadi perang skala penuh.