Banyumas, Jawa Tengah – Peristiwa yang dialami Naomi Daviola, seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Tengah, baru-baru ini menarik perhatian publik. Naomi, yang berusia 17 tahun, dilaporkan hilang saat mendaki Gunung Slamet pada Sabtu, 7 Oktober 2024, dan baru ditemukan pada Senin, 9 Oktober 2024, setelah dua hari penuh tanpa makanan. Kisahnya menjadi sorotan karena upaya penyelamatan yang dramatis dan kondisinya yang mengkhawatirkan setelah ditemukan.
Kronologi Hilangnya Naomi
Naomi, yang merupakan bagian dari kelompok pendaki pemula, memulai pendakian bersama teman-teman sekolahnya pada Sabtu pagi. Mereka memilih jalur Bambangan, salah satu jalur yang sering digunakan oleh pendaki Gunung Slamet. Gunung Slamet, dengan ketinggian 3.428 meter, merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan dikenal sebagai salah satu destinasi favorit bagi para pendaki.
Saat mendaki, rombongan sempat berhenti di Pos 5 untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak. Menurut keterangan teman-temannya, Naomi tampak kelelahan dan memutuskan untuk berhenti sejenak, sementara kelompok lainnya melanjutkan perjalanan. Mereka sepakat untuk bertemu kembali di pos berikutnya. Namun, setelah beberapa jam, Naomi tak kunjung muncul di pos yang telah disepakati.
Upaya Pencarian yang Intensif
Setelah menyadari bahwa Naomi tidak terlihat dan tak dapat dihubungi, teman-temannya segera melaporkan kejadian ini kepada petugas di Pos Pendakian Bambangan. Pihak pengelola pendakian dan petugas SAR segera bergerak untuk memulai pencarian.
Tim pencari yang terdiri dari anggota Basarnas, TNI, Polri, dan relawan dari berbagai komunitas pendaki dikerahkan untuk menyisir jalur pendakian. Cuaca di Gunung Slamet yang sering berubah-ubah serta kondisi medan yang curam dan licin menjadi tantangan utama dalam pencarian ini. Meskipun demikian, tim tetap bekerja dengan penuh semangat dan tanpa henti, dengan harapan bisa menemukan Naomi dalam kondisi selamat.
Proses pencarian dilakukan siang dan malam, menggunakan peralatan pendakian serta bantuan anjing pelacak. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Naomi hingga hari kedua pencarian. Kondisi ini menambah kekhawatiran karena selain faktor cuaca dan medan, Naomi diperkirakan telah berada dalam kondisi kelaparan.
Penemuan yang Mengejutkan
Setelah lebih dari 48 jam hilang, Naomi akhirnya ditemukan oleh tim SAR di dekat lereng Pos 7, sekitar 2 kilometer dari jalur utama pendakian, pada Senin pagi. Saat ditemukan, kondisi Naomi cukup lemah karena dehidrasi dan kekurangan makanan. Menurut laporan tim medis yang pertama kali memeriksanya, Naomi telah dua hari penuh tanpa makan dan hanya bergantung pada air hujan untuk bertahan hidup.
Naomi segera dievakuasi ke pos pendakian terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Setelah kondisinya stabil, ia dibawa ke rumah sakit terdekat di Purbalingga untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter yang menangani Naomi menyatakan bahwa meski mengalami dehidrasi berat dan kelelahan, kondisi vitalnya secara keseluruhan stabil dan ia diperkirakan akan pulih dengan baik setelah mendapatkan perawatan intensif.
Pengakuan Naomi
Setelah kondisinya membaik, Naomi sempat menceritakan pengalamannya tersesat di gunung kepada pihak keluarga dan petugas. Menurut pengakuannya, setelah terpisah dari rombongan, ia berusaha mencari jalan kembali, namun malah semakin jauh tersesat ke arah lereng yang jarang dilalui pendaki. Keadaan menjadi semakin sulit ketika malam tiba, dan Naomi terpaksa bermalam di area terbuka dengan suhu yang sangat dingin.
Tanpa persediaan makanan, Naomi hanya mengandalkan air hujan yang ia kumpulkan dari dedaunan untuk tetap bertahan hidup. Ia juga mengaku sempat kehilangan harapan setelah dua hari berada di gunung tanpa ada tanda-tanda bantuan, namun ia terus berusaha bertahan dengan harapan akan ditemukan oleh tim penyelamat.
Reaksi Keluarga dan Masyarakat
Keluarga Naomi menyatakan rasa syukur yang mendalam setelah mengetahui anak mereka berhasil ditemukan dalam keadaan hidup. “Kami sangat berterima kasih kepada tim SAR dan semua pihak yang telah membantu pencarian Naomi. Ini adalah keajaiban, kami hampir kehilangan harapan,” ujar ibunda Naomi dengan air mata kebahagiaan.
Sementara itu, kejadian ini juga menjadi pelajaran bagi para pendaki, terutama pendaki pemula, untuk selalu mempersiapkan diri dengan matang sebelum mendaki gunung. Gunung Slamet yang memiliki medan terjal dan cuaca ekstrem, meski tampak menantang, memerlukan kewaspadaan ekstra. Pihak pengelola pendakian di Gunung Slamet juga mengingatkan para pendaki untuk selalu menjaga komunikasi antaranggota rombongan dan tidak memaksakan diri jika merasa kelelahan.
Langkah Pencegahan di Masa Depan
Setelah kejadian ini, pihak Basarnas dan pengelola jalur pendakian Gunung Slamet berencana memperketat aturan dan prosedur pendakian. Salah satu langkah yang akan diambil adalah dengan mewajibkan setiap pendaki untuk membawa alat komunikasi yang memadai serta mempekerjakan pemandu profesional untuk kelompok pendaki pemula.
Selain itu, sosialisasi tentang bahaya tersesat dan pentingnya persiapan fisik maupun mental sebelum mendaki gunung juga akan ditingkatkan. Upaya ini diharapkan dapat mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.
Peristiwa hilangnya Naomi Daviola selama dua hari di Gunung Slamet memberikan pelajaran berharga mengenai pentingnya persiapan dan kehati-hatian dalam mendaki gunung. Meskipun berhasil diselamatkan dalam keadaan selamat, kejadian ini mengingatkan kita bahwa alam, terutama gunung, memiliki tantangannya tersendiri yang tidak boleh diabaikan. Dukungan dan kerja keras tim SAR dalam menemukan Naomi juga patut diapresiasi sebagai bukti bahwa semangat gotong royong dan solidaritas dalam situasi darurat sangat penting.