Pameran seni terbaru di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali, kini memamerkan karya-karya ikonik dari seniman ternama, Jeihan Sukmantoro. Jeihan, yang merupakan maestro seni lukis dari Bandung, dikenal karena karyanya yang menembus batas zaman dan masih menjadi buruan kolektor internasional. Pameran retrospektif ini, yang membawa lebih dari 5 dekade karya seni, menjadi sorotan sejak dibuka akhir pekan lalu hingga 5 Januari 2024.
64 lukisan yang dipamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud merupakan hasil karya Jeihan Sukmantoro. Eksibisi bertajuk “Solo Exhibition: Jeihan and The New Indonesian” menjadi acara pameran terbesar dan paling beragam yang pernah diadakan di Indonesia.
Menurut Andry Ismaya Permadi, General Manager G3N Project yang menginisiasi pameran ini, retrospektif kali ini adalah yang paling lengkap. Pameran ini memberikan pandangan ke dalam evolusi karya Jeihan dari masa-masa awalnya hingga munculnya tokoh “mata hitam” yang begitu ikonik. Hal ini menjawab keraguan banyak orang yang meragukan kemampuan Jeihan dalam mengekspresikan lukisannya melalui mata.
Jeihan, yang lahir pada 26 September 1938 di Surakarta, dikenal dengan tokoh-tokoh dalam lukisannya yang memiliki mata hitam yang kuat, yang muncul pada era sesudah 1965. Namun, sebelum periode tersebut, karya-karya Jeihan ditampilkan dalam gaya realis dengan detail mata yang indah. Menurut keterangan, Jeihan sengaja memunculkan tokoh-tokoh dengan mata hitam sebagai ciri khasnya, yang dianggapnya sebagai cara yang lebih mendalam untuk mengekspresikan karyanya.
Meskipun karya Jeihan sempat mendapat kritik dan cemoohan dari berbagai kalangan, seniman dengan nama Tionghoa, Lim Tjeng Han, tetap mempertahankan gaya lukisnya hingga akhir hayatnya pada tahun 2019.
Keteguhan prinsip seperti yang dimiliki Jeihan tidak banyak ditemui di kalangan seniman. Andry menegaskan bahwa mengoleksi karya Jeihan menjadi hal yang hampir menjadi syarat untuk dapat disebut kolektor seni yang sejati.